Facebook

ads here

Pelaksanaan Proyek Pengecoran Tidak Sesuai Saat Sosialisasi

advertise here
PADAHERANG,(KP),- WARGA MARUYUNGSARI MERASA DITIPU, Pelaksanaan Kegiatan Proyek Pengecoran tak Sesuai Saat Sosialisasi, sejumlah masyarakat Desa Maruyungsari mengaku merasa dibohongi oleh pelaksana pembangunan proyek jalan pengecoran. Pasalnya saat sosialisasi pertama, pihak pelaksana mengatakan akan menambah pelebaran jalan kanan dan kiri namun kenyataannya hanya sebagian saja.

Tidak hanya itu, berdasarkan pemantauan ke lapangan oleh Kepala Desa Maruyungsari, Ketua BPD dan LPMD, mereka menemukan kondisi jalan sudah retak-retak, padahal jalan baru dicor beberapa hari lalu. Ketua BPD Desa Maruyung­sari Solihudin SIP yang juga Sekjen DPD KNPI Kabupaten Pangandaran mengatakan, hasil monitoringnya, pembangunan diduga mengurangi kualitas pekerjaan karena jalan sudah retak padahal baru beberapa hari dicor.

WARGA MARUYUNGSARI MERASA DITIPU
Pelaksanaan Proyek Pengecoran Tidak Sesuai Saat Sosialisasi
WARGA MARUYUNGSARI MERASA DITIPU
Gambar Di Ambil Dari Facebook Pak Solehudin
“Jelas kami sesalkan kondisi ini, karena jalan tidak akan bertahan lama. Kami pun tak menemukan papan nama pro­yek sehingga kuat dugaan pe­lak­sana menyembunyikan informasi terkait proyek ini,”ujar Solihudin kepada “KP”, Senin, (21/7/2014) lalu.Protes lainnya disampaikan warga terkait pelebaran jalan. Berdasarkan informasi yang didapatkan ujar Solihudin, tidak semua terkena pelebaran kanan dan kiri jalan. 

Sebagai contoh untuk jalan yang letaknya di Du­s­un Tarisi ternyata hanya dilebari sisi sebelah saja, sehingga otomatis as jalan bakal be­rubah. “Hal ini berbeda dengan informasi yang disampaikan pada saat sosialisasi di Desa Ker­tajaya dimana disebutkan oleh Pak An­ton bahwa pelebaran akan dilakukan kanan kiri tanpa kecuali. Tapi buktiya seperti ini dan berpotensi menimbulkan kecemburuan masyarakat teru­tama untuk mereka yang di pinggir jalan terkena peleba­ran,”ujar Solihudin.

Temuan warga lainnya ucap Solihudin, saat pengecoran, go­rong-gorong sudah ambruk dan itu dibiarkan tanpa diperbaiki. Otomatis hal itu membuat pe­tani cemas.
“Gorong-gorong ini merupakan satu-satunya saluran pem­­buangan air dari sawah petani supaya tidak banjir, ini malah dibiarkan ambruk,”tutur­nya.

Salah satu warga dari Dusun Tarisi, Yatno (38) mengatakan, dirinya tidak terima kalau pelebaran jalan hanya ke tanah miliknya saja. “Saya minta keadilan untuk penambahan peleba­r­annya diambil kanan kiri. Ka­lau begini saya dibohongi dong,”tambah Yatno.Atas sejumlah keluhan tersebut, Kepala Desa Maruyungsari Turino meminta harus ada so­sialisasi ulang. Pasalnya sejak awal pihak pelaksana dan ditindaklanjuti oleh dirinya me­nyo­sialisasikan akan ada pelebaran jalan kanan dan kiri tetapi nyatanya hanya separuhnya saja.

“Kami khawatir warga pro­tesnya ke pihak desa. Makanya kami mendesak pihak pelaksana menyosialisasikan ulang kenapa hanya pelebaran satu sisi saja,”pintanya.Sementara itu perwakilan pi­hak Proyek dari BBWS, Muji sa­at dihubungi melalui telepon selularnya, Senin, (21/7/2014) mengatakan pengerjaan penge­coran di wilayah Desa Ma­ru­yung­sari sampai Desa Ker­tajaya sepanjang 9 kilometer dengan anggaran Rp 11 miliar.

Terkait protes warga, Muji mengungkapkan setiap ada pekerjaan pasti ada riak-riak keluhan dan komplain dari war­ga. Baginya hal itu sudah bia­sa yang penting langsung ditindaklanjuti keinginan warga tersebut. “Kami juga sudah menerima keluhan-keluhan dari warga setempat dan sudah diselesaikan langsung turun ke lapa­ngan. Sedangkan untuk go­rong-gorong tersier yang ambruk itu sudah lama dan akan kami ganti dengan pipa besi rencana 12 meteran,”kata Muji.E-44***

Sumber : Kabar Priangan
Advertisement
BERIKAN KOMENTAR ()